Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Menjadi Sepasang Kaki

Kalau kau hendak berjalan jauh, bawalah doaku hari ini. Ia akan menemanimu kemanapun kau singgah. Tempuhlah jarak keyakinan hingga menemukan titik terjauh yang kau bisa. Maka, jadilah sepasang kaki untuk menopang segala tubuh yang jatuh sampai benar-benar piawai berlari. Jangan pernah ragu, karena keraguan hanyalah milik ia yang tidak percaya pada kemerdekaan dalam dirinya. --Kay- @galeriaksara

Meninggilah Untuk Membumi - Riska Yuvista

“Ketika kita tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah sesorang yang berbeda. Seseorang yang mempunyai keunikan dan potensi yang kuat untuk mengembangan diri”. Saya selalu percaya bahwa setiap orang dilahirkan ke dunia satu paket dengan keterbatasan dan kelebihannya. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam segala hal, serta memiliki tujuan hidup masing-masing yang sering kali kita sebut dengan mimpi. Entah itu datangnya dari dalam diri sendiri maupin terinspirasi dari orang lain, apapun itu bentuknya dan asal-usulnya yang pasti semuanya hadir melalui sebuah proses. Di dalam hidup ini, saya ingin sekali menebarkan peran positif untuk orang banyak dan memberikan kebermanfaatan bagi sesama. Bagi saya, membuat orang lain menjadi lebih baik adalah kebahagiaan yang sesungguhnya, terutama ketika melihat mama dan keluarga tersenyum bangga. TENTANG RISKA Hallo! Perkenalkan, saya Riska Yuvista lahir di Bandar Lampung, 15 Juli 1997. Saya merupakan mahasiswa Program Studi Sast

KEPOMPONG

Hidup ini ibarat daun dan kita adalah kepompong, dua bagian yang bergantung satu sama lain. Kepompong rekat melekat sepanjang hayat untuk bertahan pada ranting dan dahannya. Ketika ia singgah, daunlah temannya. Melindungi dirinya dari terik, menutupi dari goncangan angin, menopang saat hujan dan menghangatkan ketika malam.   Ia memang sendiri, tapi jiwanya terasa ramai, sebab sejatinya didunia ini kita tak akan pernah merasa benar-benar kesepian ketika hati penuh kedamaian dan keikhlasan. Sebuah metamorfosa dalam dirinya terus berlanjut, menghantarkannya pada perubahan demi perubahan, cangkangnya mulai terbuka, satu-persatu kulit yang memeluknya pun mengelupas. Ya, setengah bagian dari dirinya hilang, ia tidak lagi dibedong hangat, bahkan separuh tubuhnya mulai belajar membaur dengan alam, sementara bagian yang lain masih terperangkap lekat tidak bergerak.   Ia mulai bertanya-tanya, ia bercerita pada daun tentang sebuah peristiwa yang dialaminya, ia menangis dan berkata “Aku ta

KEYRA DAN IBU CIPTAANNYA

Pukul satu malam Keira selalu melakukan ritual rutin. Sepanjang hari ia menghabiskan waktunya untuk tidur, makan tanpa beranjak dari rumahnya. Kira-kira kehidupan tanpa memoar itulah yang dijalani Keyra selama dua minggu belakangan. “Aku suka hidupku bebapa hari ini, menghabiskan waktu, berlama lama menikmati hening sambil meghirup udara kosong diruangan. Sesungguhnya aku lebih suka lagi menjalani hidup tanpa   kehidupan: tenang, damai, tanpa paksaan, tanpa memikirkan banyak pertimbangan. Di sudut kamar depan jendela dan disamping rak buku-buku, itulah tempat kesukaanku untuk membiasakan diri belajar manerima hal-hal yang tidak bisa aku terima. Terkadang ketika aku tidak mengerti, aku menyangkal ketidaktahuanku untuk mencari-cari, entah untuk menemukan hal-hal konyol atau sekadar mengintai sesuatu yang tidak pernah aku ketahui. Akupun tertawa, namun bukan dikarnakan oleh sesuatu yang lucu, tidak, sungguh terkadang bukan karena itu. Aku menertawakan dalam-dalam tentang keaneha

Tanda Mata

Kita sama-sama tahu  bahwa diantara kita berbatas satu pulau  pada tubuh gunung yang congkak Kita percaya,  bersama laut ikan-ikan bisa hidup dan tumbuh mandiri Kita baru saja mengadobsi anak-anak tangga  dan berusaha menaikinya  pada detik-detik kesenjangan yang lalu  Sampai sekarang kita berusaha mengerti  sesuatu yang terlintas ditengah pelayaran Sambil menepi hingga mengarungi perbatasan  di kaki samudra dan kedalamannya. --Kay-

Sebuah Percakapan

Kau tidak lagi menafsirkan tentang daun-daun yang jatuh berserakan Mendengarkan cerita gagak bersama celotehan ranting yang tumbang, tidak juga menggunjingkan ombak yang menderai pasir dan surut di musim-musim yang panjang. Berita hari ini, telah sampai padamu juga Tentang kota tua dan sepeda cantik di dalamnya, tentang gaun merah membentang dan patung-patung yang dipenggal. Kita kembali mengingat pada banyak peristiwa, mengabadikan apa-apa yang tidak harus di ingat­­   tidak juga dilupakan. Suatu saat kau akan mengenang ruang bersama aliran air di dataran tinggi. Menyaksikan kembali gerimis deras di tempat dingin bersama genangan tanah dan rumput-rumput basah. Kau akan kembali mengingat api-api yang hidup di semesta; laju kereta; desakan senja dan bangku kosong di taman tempat dimana kita akan tahu pengasingan sesungguhnya   : Suatu Ketika. --Kay- Rawamangun, 08 Juni 2017