Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Perkembangan Pendidikan Dari Masa Ke Masa

Hentikan Komersialisme Pendidikan Merdeka itu tidak hanya berarti bebas lepasnya seseorang dari kekuasaan orang lain, tapi juga berarti kuat dan mampu mandiri sendiri – Ki Hadjar Dewantara Privatisasi dan liberalisme pendidikan ini, yang salah satunya ditampilkan oleh RUU/UU BHP maupun RSBI ( Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ).   Kapitalisasi, privatisasi, dan liberalisasi sektor pendidikan melalui UU BHP –serta peraturan-peraturan lain yang mengikutinya   -   dan RSBI itu kelak   akan mengantarkan bangsa Indonesia ke dalam jurang kehancuran untuk selamanya, karena sumber daya alam akan habis, tapi disisi lain warga Indonesia tidak pintar, sehingga menjadi warga terjajah selamanya. Pendidikan nasional dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi tiba-tiba mengalami gejala kapitalisasi, privatisasi, dan liberalisasi paska reformasi politik dimulai 21 Mei 1998 bersamaan dengan kejatuhan rezim Soeharto. Pada masa jabatannya Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan Pertama

EDELWEIS TERAKHIR

Gambar
Ku sapa kau rindu Sebab kamu merasuk pada relung terujung yang besemuka tanpa pernah kita berencana Ku panggil kau abu Karena jiwamu terlalu palsu untuk bersekutu Ku catat kau dalam buku Agar kamu terbenak dalam untaian sajakku Kamu tersemat sendirian diantara malam menuju pagi Berdiri tegar dihamparan bukit tertinggi Pernah bertalu aku singgah diselasar waktu Indah panorama tak juga menyatu pada aku dan kamu Kupetik Edelwis yang terlarang Lalu, ku tanam dalam-dalam sebelum berpindah tangan Belum sampai ku besarkan Sayang, terbuai pada belokan dipinggir tikungan ---Kay---- Jakarta, November 2015               Terkadang aku ingin menjadi setangkai bunga Edelweis, ia tumbuh dan hidup dihati pecintanya sebagai lambang keabadian, pengorbanan dan ketulusan. Sajak di atas aku tulis untuk seseorang yang pernah singgah sejenak kemudian ia beranjak. Tapi, kehadirannya menuliskan kisah yang sukar untuk aku terjemahkan. Banyak orang yang bercerita

Gerakan Indonesia Membaca dan Menulis (GIMM) 2015

Gambar
   Senin (3/9) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa membuka kegiatan Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) 2015 tingkat DKI Jakarta, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat. GIMM 2015 diikuti oleh 105 peserta yang terdiri dari 35 orang siswa, 35 orang mahasiswa dan 35 orang guru. Kegiatan ini diawali dengan tes pemetaan membaca dan menulis, kemudian dibuka oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Prof. Dr. Mahsun.      Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) 2015 tingkat DKI Jakarta ini bertujuan untuk mengarahkan dan melatih siswa, mahasiswa dan guru agar memiliki keterampilan membaca, dan menulis serta mampu memanfaatkan keterampilan tersebut dalam berbagai ranah komunikasi kehidupan, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk kepentingan akademik demi mewujudkan generasi literasi yang gemar membaca dan pintar menulis. Hal tersebut turut berkaitan dengan perkembangan suatu bangsa, karena kesiapannya  suatu bangsa dapat terlihat dari sumber daya menusianya

PENTINGNYA MELEK HUKUM BAGI MASYARAKAT

Gambar
Setiap negara memiliki peraturan, termasuk Indonesia. Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut tercantum di dalam salah satu pasal. Negara hukum bersandar pada sebuah keyakinan yang berdasarkan bahwa suatu negara harus dijalankan atas hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara  hukum , yaitu pertama: hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah; kedua: norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide hukum. Suatu negara mempergunakan kekuasaannya berdasarkan hukum yang berlaku, hukum menjadi alat-alat negara dengan menggunakan cara yang ditentukan dalam hukum tersebut. Suatu putusan dalam penyelesaian perkara sesuai dengan kebenaran yang ada, hal tersebut bertujuan untuk memastikan kebenaran, dan semua pihak yang bersangkutan berhak atas pembelaan atau bantuan huku

EKSPEDISI BERANDA INDONESIA

Gambar
Bisa bergabung ke dalam tim Ekspedisi Beranda Indonesia adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi gua. Awalnya saya di ajak oleh temen sekelas namanya Latifah, opreg berlangsung dibulan Februari, saat itu ada beberapa divisi yang bisa dipilih atau yang paling diminati diantaranya tercantum di bawah ini nih         Tadinya gua gatau ini kegiatan apa kok namanya Ekspedisi Beranda Indonesia (dari namanya aja udah buat penasaran), siapa yang ngadain sebab nama itu baru pertama kali gua dengar di kampus dan yang paling-paling gua gatau yaitu tentang Pulau Rote Endao (mau ngapain ya jauh-jauh ke sana). Tapi setelah gua buka akun FB nya : Ekspedisi Beranda Indonesia, ternyata kegiatan ini menarik juga. terus gua baca-baca lagi tuh bagian apa yang buka pendaftaran. Begitu di buka => klik => gua baca, salah satu bidangnya itu Public Relation (PR). Nah itu tuh yang buat gua minat banget. sebab apalagi sih yang cocok buat tipikal orang yang bawel kayak gua. Bukan hanya itu sih, gu

Selamat Hari Pendidikan Nasional

Gambar
Selamat malam Indonesia Selamat Hari Pendidikan Nasional semoga Pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan mampu membentuk generasi muda yang hebat. Bukan hanya mampu mendidik tetapi juga bisa membangun bangsanya yang terdidik dalam ilmu maupun terdidik mental, moral dan kepribadiannya. #INDONESIA

Sastra Indonesia Angkatan 70'an

Gambar
SASTRA INDONESIA ANGKATAN ‘70 Fitriana Hasri         Nita Oktaviya                                   Riska Yuvista A.     Latar Belakang Munculnya Sastra Indonesia Periode 70-an Angkatan 70 dalam sastra Indonesia adalah angkatan pembawa sastra baru dengan corak yang berbeda dari angkatan sebelumnya. Angkatan 70-an diberi nama ole h Abdul Hadi W.M, dan Dami N. Toda . Dalam angkatan ini ada beberapa sastrawan yang membawa corak baru terhadap sastra Indonesia seperti Sutardji Calzoum Bachri yang mengenalkan puisi bercorak baru terhadap sastra Indonesia yaitu puisi mantra.             Lahirnya angkatan ini di karenakan oleh anggapan sastrawan angkatan 70 terhadap karya-karya angkatan 66 yang tidak maju atau hanya berbasis untuk melawan pemerintahan. Pada angkatan 66, ciri khas sastra adalah protes sosial yang sejalan dengan marak-maraknya perlawanan publik terhadap kekuasaan yang mengalami krisis kepercayaan setelah terjadi September 1965, pada masa ini pula d