Meninggilah Untuk Membumi - Riska Yuvista
“Ketika kita tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah sesorang yang
berbeda. Seseorang yang mempunyai keunikan dan potensi yang kuat untuk
mengembangan diri”.
Saya selalu percaya
bahwa setiap orang dilahirkan ke dunia satu paket dengan keterbatasan dan
kelebihannya. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam segala hal,
serta memiliki tujuan hidup masing-masing yang sering kali kita sebut dengan
mimpi. Entah itu datangnya dari dalam diri sendiri maupin terinspirasi dari
orang lain, apapun itu bentuknya dan asal-usulnya yang pasti semuanya hadir
melalui sebuah proses. Di dalam hidup ini, saya ingin sekali menebarkan peran
positif untuk orang banyak dan memberikan kebermanfaatan bagi sesama. Bagi
saya, membuat orang lain menjadi lebih baik adalah kebahagiaan yang
sesungguhnya, terutama ketika melihat mama dan keluarga tersenyum bangga.
TENTANG
RISKA
Hallo! Perkenalkan, saya Riska Yuvista lahir di
Bandar Lampung, 15 Juli 1997. Saya merupakan mahasiswa Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Sejak lahir
hingga SMP saya menempuh pendidikan di Bandar Lampung, ketika SMA saya pindah
ke Pulau Jawa tepatnya bersekolah di SMA HUTAMA Bekasi dan mengambil Jurusan
IPA. Saya tergolong sebagai wanita yang aktif dan memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi. Saya senang apabila bisa berkomunikasi secara langsung dengan
orang banyak, hal itu yang membuat saya tergabung diberbagai organisasi sejak
SMP hingga saat ini. Mama adalah orang yang memiliki peran serta terbesar dalam
hidup saya, sebab ayah saya telah meninggal sejak saya berusia 1 tahun, mama
selalu memotivasi saya untuk terus belajar, berkembang dan menghargai sebuah
proses. Beliau tidak pernah menuntut saya untuk menjadi seseorang juara,
melainkan beliau selalu mengingatkan saya untuk menjadi orang jujur, bertanggung
jawab dan percaya pada diri sendiri. Satu kalimatnya yang selalu saya ingat
hingga sekarang “Mama tidak bangga ketika
kamu mendapatkan nilai seratus yang bersal dari orang lain, mama jauh lebih
bangga ketika kamu mendapatkan nilai dari hasi upaya dan kerja kerasmu, sebab
dari situ kamu akan mampu mengukur diri kamu dan terus belajar menjadi lebih baik”.
Beliaulah yang menguatkan saya dan membuat saya selalu berusaha menjadi
lebih baik.
ARTI PRESTASI
Arti prestasi bukan sekadar mendapatkan juara,
dipuji orang banyak, ataupun dibangga-banggakan semua orang. Bagi saya,
prestasi adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri yaitu ketika kita mampu
menghargai diri kita dan bisa memberikan dampak positif bagi orang lain, sebab
apalah arti prestasi tanpa kebermanfaatan.
SEBUAH PROSES
Dimulai sejak saya dibangku kelas 2 SMP, ketika itu
saya mengikuti Ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan berkesempatan
mewakili sekolah untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Kota Bandar
Lampung bersama 2 rekan lainnya, yaitu Aminah Zahra dan Radep Riantoro dengan
syarat membuat sebuah karya tulis ilmiah berdasarkan observasi secara langsung.
Akhirnya kami sepakat untuk memebi Judul “Pemanfaatan Madu untuk Mengatasi
Jerawat Secara Alami” kami melakukan observasi kurang lebih selama 3 bulan dan
mendapat kesempatan menjadi Juara 1 Karya Ilmiah Remaja tingkat kota Bandar
Lampung.
Beranjak ke bangku SMA, saya pindah ke Jakarta. Besar
harapan saya untuk bisa melanjutkan sekolah disalah satu sekolah negeri di
Jakarta, akan tetapi saya gagal dikarenakan keterlambatan pengumpulan berkas. Akhirnya
saya memutuskan untuk bersekolah di salah satu sekolah swasta, tepatnya di Pondok
Gede yaitu SMA HUTAMA.
Kecewa? Tentu!.
Tapi, perlahan saya mulai berdamai pada diri saya. Hingga
akhirnya sekolah dimanapun sama saja, yang membedakan adalah kualitas diri kita
dan bagaimana kita bisa mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sekolah ini
saya mendapatkan banyak sekali ilmu dan dipertemukan dengan 3 orang hebat yang
selalu mendukung saya di sekolah, yaitu ibu Siti Rikemah, Mr. Abbas dan Bunda. Mereka
membuka jalan pikiran saya, bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian semata,
melaikan terdapat proses di dalamnya. Semakin tinggi ilmu yang kita punya
seharusnya mampu membuat kita semakin membumi. Berkat dukungan dari mereka,
membuat saya menjadi berani untuk aktif di berbagai organisasi, ketika itu saya
mengikuti kolosal Tari Yosimpancar sebagai Penyanyi, Tim Paduan Suara sekolah
dan menjadi Wakil Ketua Osis, semua itu saya ikuti dengan sebuah komitmen
terhadap diri saya bahwa sepadat apapun kegiatan yang saya ikuti tidak akan
membuat nilai akademik saya menurun dan tetap seimbang. Ketika SMA saya
dipercaya sekolah untuk mengikuti pelatihan di luar sekolah, juga diberi
kesempatan untuk selalu menjadi 3 besar di kelas selama 3 tahun dan di
pengujung SMA ketika wisuda Kepala Sekolah mengumumkan dan membercayakan saya
sebagai Siswa Peringkat Terbaik Jurusan IPA SMA HUTAMA.
KAMPUS HIJAU
Tiba saatnya saya menjajaki dunia baru tanpa seragam
setiap harinya. Ya! Sekarang saya menjadi mahasiswa Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Sejak awal
menjadi mahasiswa, saya selalu bangga menjadi bagian dari Universitas ini. Di masa
ini langkah baru akan dimulai, fase dimana saya akan menjadi Mahasiswa dalam
arti Pelajar tingkat tertinggi, bukan lagi Dasar, Menengah Pertama atau
Menengah Atas.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya menjadi
mahasiwa Sastra Indonesia, dengan bermodal suka nulis akhirnya saya ambill
Jurusan ini. Ternyata Jurusan Sastra tidak semudah yang dipikirkan orang-orang
pada umumnya. Di sini saya belajar memaknai kehidupan, dimana kita dan segala
bidang apapun pasti menggunakan bahasa di dalamnya. Masih sama seperti jenjang
pendidikan sebelumnya, saya masih aktif dan mengikuti berbagai kediatan di
kampus mulai dari Teater, BEM JBSI, BEMP Sastra Indonesia, Ekpedisi Beranda
Indonesia. Hanya saya yang membedakan, di universitas pikiran saya semakin
terbuka, bahwa aktif di dalam kampus saya tidak cukup, saya ingin membangun
relasi dan belajar lebih luas lagi di dunia luar. Maka dari itu saya pun
mengikuti berbagai kegiatan lainnya baik di dalam maupun di luar kampus dan
terus belajar untuk terus memaknai arti sebuah proses sebenarnya. Ketika semester
3 saya tergabung menjadi DUTA BAHASA
Provinsi DKI Jakarta, Badan Penegembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun yang sama saya dipercayakan menjadi DUTA Universitas Negeri Jakarta 2015
sebagai representatif kampus, di sini saya banyak belajar bahwa menjadi Duta
buka hanya sekadar penampilan, malikan dibutuhkan 3 aspek yaitu Brain, Beauty and Behaviour, dibutuhkan
pula kesabaran, ketelitian, kerja cepat, serta attitude yang baik. Di Tahun
2016 saya kembali mendapatkan kesempatan tergabung menjadi SMESCO Hijab Icon sebagai
representasi muslimah di SMESCO INDONESIA, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah. Ditahun 2017, saya mendapatkan kepercayaan menjadi Juara 1 Mahasiswa berprestasi Universitas
Negeri Jakarta sekaligus menjadi bagian dari Abang None Jakarta Utara sebagai representasi dalam mempromosikan
Pariwisata dan Budaya khususnya Jakarta. serta menjuarai berbagai lomba
Internal maupun Eksternal dan menjadi pembawa acara baik di kegiatan Nasional,
Regional, dan Internasional. Saat ini juga saya tergabung sebagai Fasilitator dari Yayasan Pelita Ilmu yang berfokus pada penyosialisasian Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) di sana saya dan teman-teman turun langsung kemasyarakat khusunya remaja untuk menyuarakan hak-hak remaja, pentingnya menjaga kesehatan reprosduksi, menyuarakan kesetaraan gender,cara berprilaku yang tepat hingga mengadakan Dance For Life untuk mencapat keseimbangan kehidupan remaja yang semestinya.
PERJALANAN MENUJU MAHASISWA
BERPRESTASI FBS 2017
Menjadi mahasiwa
berprestasi bukanlah hal yang mudah, terdapat segudang proses di dalamnya. Bermodalkan
IP terakhir 3.89 dan IPK 3.72, saya mengikuti proses seleksi di Program Studi
Sastra Indonesia dan berkesempatan mewakili di Tingkat Universitas. Ketika itu
tantangan terbesarnya yaitu setiap perwakilan Mahasiswa Berprestasi Program
Studi wajib membuat 1 Karya Tulis Ilmiah yang orisinil dan inovatif. Ketika itu
saya dibimbing oleh seorang dosen yang luar biasa, Pak Azizda Wahyu. Hampir 2
bulan, waktu saya gunakan untuk memikirkan ide. Memang benar faktanya,
menciptakan sebuah gagasan yang inovatif tidaklah mudah. Hingga akhirnya munculah
sebuah pemikiran dari saya yang bersumber dari sesuatu yang saya minati, yaitu
Jurnalistik. Saya pun mencetuskan judul “APLIKASI E-JOURNALISM
READ (E-JURID) SEBAGAI SOLUSI MENCEGAH BERITA HOAX DI MASYARAKAT” judul itu saya angkat melalui sebuah realita “berita
palsu”. Dimana berita tersebut dapat tersebar dengan cepat di media sosial,
tanpa peduli sumber, asal usulnya, dan hanya terdapat sedikit fakta. Sehingha saya
pun berinovasi untuk mengumpulkan berbagai berita tertentu di
media online dalam satu frame agar dapat dianalisis dengan mudah
oleh pembaca, sehingga mampu meminimalisasi perkembangan berita bohong atau
hoax yang semakin meluas di lingkungan masyarakat.
Alhamdulillah, Karya Tulis
Ilmiah tersebut berhasil mengantarkan saya menjasi Juara 1 Mahasiswa Berprestasi
Fakultas Bahasa dan Seni 2017 dan mewakili Fakultas Bahasa dan Seni di Tingkat
Universitas bersama Andrian Santosa dari Program Studi Sastra Inggris 2014
(Juara 2 Mahawapres FBS)
MAHASISWA
BERPRESTASI TINGKAT UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Tiba saatnya pemilihan
MAWAPRES Universitas, kami diminta untuk melengkapi berkas sejumlah berkas,
sertifikat, Video Profil Diri dan Profil KTI dan kembali menyajikan Karya Tulis
Ilmiah. Di sini kami harus melewati barbagai tahap, mulai dari Karantina, Public Speaking (Presentasi), Bahasa
Inggris dan Grooming.
Akan tetapi diwaktu
yang bersamaan karantina, saya sedang mengikuti kegiatan yang lain di luar
kampus. Ketika itu perasaan saya benar-benar bingung karena harus memilih
diantara 2 pilihan yang sama-sama sangat berarti bagi saya. Saya mencoba
menghadap staf Wakil Rektor 3 , pak Pras dan di situ juga ada juara 1 Mahasiswa
Berprestasi UNJ 2016, Dina Cherani. Sejumlah negosiasi kami perbincangkan
dengan menghasilkan sebuah kesepakatan tidak akan juara di Universitas
dikarenakan bobot karantina yang sangat tinggi yang akan dilangsungkan selama 2
hari 1 malam.
Akhirnya saya
memutuskan untuk membicarakannya pada Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Ibu
Miftakhul Khairah Anwar dan Wakil Dekan III saat itu Ibu Sri Suhita, di
perbincangan tersebut saya menjelaskan tentang alasan dan segala
konsekuensinya. Beliau-beliau akhirnya sepenuhnya menyerahkan keputusan terbaik
kepada saya. Dari relung hati terdalam dan penuh kerendahan hati, saya tidak
bermaksud untuk menomor duakan atau memilih salah satu dan siap menanggung
segala konsekuensi yang akan saya hadapi, akhirnya saya putuskan untuk
mengikuti kegiatan diluar hinggal pukul 8 malam dan menyusul karantina dan bermalam
di karantina MAWAPRES hingga selesai.
Akhirnya pengumunan pun tiba, ketika itu saya belum berkesempatan
menjadi salah satu pemenang di Universitas. Tapi, saya percaya, apapun itu
adalah hasil yang terbaik. Dari sini saya belajar, bahwa hidup adalah pilihan,
terdapat sebuah konsekuensi dari setiap hal yang kita pilih. PR kita yaitu
teruslah berproses dan tetap semangat, jangan pernah takut gagal dan harus
berani mencoba, jujur, percaya diri, responsibility dan Hospitality itulah
aspek yang harus kita tanamkan. Hingga saat ini, saya masih terus belajar dan
akan selalu belajar menjadi lebih baik lagi.
“Ketika kita tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah sesorang yang
berbeda. Seseorang yang mempunyai keunikan dan potensi yang kuat untuk
mengembangan diri. Sebab daun tidak pernah melupakan pohon ketika ia jatuh dan
lesap bersama angin. Ia selalu mengudara dan membaur dalam tanah untuk
memberikan kehidupan bagi tumbuhan yang lain. Maka, Gugurlah Untuk Bersemi dan
Meninggilah untuk Membumi”.
Komentar
Posting Komentar