Sebuah Titik Balik Vol.2

Pagi ini semesta mulai berani menampakkan diri pada embun lewat sela-sela daun, mentari masih malu-malu menunjukan rupa, sementara terik tak sabar menunjukan jiwanya. Jakarta, tempat sejuta umat mengukir cerita, rasanya banyak hal menarik yang telah aku lewati di sini, suaranya masih terdengar sama tiap kali aku membuka mata, di sudut sana ia memberi catatan penting tentang buku manis yang menyimpan skenario unik di setiap bait. Ia masih tersenyum tipis menyapa orang-orang disuatu desa, mencari terbitan-terbitan baru untuk dibagikan kepada mereka agar bisa belajar menuntun agak tak hanya bisa dituntun. Katanya: setiap detikmu adalah milik orang lain, maka jadikan ragamu sebagai milik mereka yang  hidup dalam harapan di luar sana. Ia terus berjalan kemana-suka, memasuki bilik jingga yang semakin keunguan sepanjang waktu, tak hanya itu, warna-lain masih membuatmu semakin mengagumkan dan berbeda.
Penjelajahan kita sangat jauh, perjalan kita masih panjang dan akan selalu ada petualangan-petualangan baru yang ingin dipastikan. Barangkali kita harus melewati tebing, meloncat lebih tinggi, berenang lebih dalam dan menanjak rentang ribuan kilo meter tak terhingga untuk tiba pada saatnya. Selalu waktu mengubah keluh dalam jamuan bahagia diantara rasa, karsa tanpa banyak rumusan untuk membawamu kembali menemui ruang tanpa pengulangan.
Percayalah, jarak akan menjadi tuan rumah paling sering di huni, tanah menjadi tempat sandar paling kokoh, alam menjadi penulis paling anggun, tapi satu hal yang tak berubah: Kebijaksanaanmu untuk menyikapi teduh juga gemuruh. Tempat segala batas berucap cukup, tanpa saling tanya, hingga bermuara.

Tetaplah menjadi baik.

--Kay-
Rwgn, 16 Mei 2019

Berlanjut..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Indonesia Angkatan 70'an

Makalah Penelitian Keterbacaan

Duta Universitas Negeri Jakarta