Makalah Penelitian Keterbacaan



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan sebuah kegiatan interaksi yang dilakukan antara penulis dan pembaca. Kegiatan berinteraksi yang bersifat komunikatif ini akan semakin baik jika si penulis mempunyai kemampuan untuk menyampaikan gagasan dengan baik. Kemudian si pembaca juga memiliki wawasan yang cukup mengenai tulisan yang dibacanya.
Membaca bukan hanya mengerti akan huruf yang tercetak dalam bentuk tulisan, namun juga dapat memahami, menerima, menolak, atau membandingkan isi atau hal yang dibicarakan dalam tulisan tersebut. Membaca banyak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan atau pengalaman seseorang, ia akan mampu menguasai bacaan dengan lebih baik. Membaca juga dapat membantu memecahkan masalah, memperkuat suatu keyakinan, sebagai suatu pelatihan, memberi pengalaman estetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, peran membaca amatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan bermasyarakat, bahan bacaan bisa berupa karya ilmiah, majalah, surat kabar, novel atau yang lainnya tergantung tingkat kemampuan seseorang. Kegiatan membaca harus sesuai dengan tingkat kemampuan membaca karena keterbacaan seseorang merupakan ukuran tentang sesuai atau tidaknya bacaan yang dibaca seorang pembaca. Oleh karena itu, penulis berusaha membahas hal-hal yang berkaitan dengan keterbacaan masyarakat menggunakan grafi Fry sebagai pengukur tingkat keterbacan.

1.2  Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dituliskan di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dan latar belakang keterbacaan?
2.      Apa saja keterbatasan-keterbatasan formula keterbacaan?
3.      Bagaiman formula keterbacaan-keterbacaan itu?
4.      Seperti apa formula keterbacaan dengan grafik Fry?
5.      Seperti apa formula keterbacaan dengan grafik Raygor?
6.      Apa yang biasa dibaca oleh masyarakat Di Jalan Pemuda 2 RT.007 RW.02 kelurahan RawamangunKecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur?
7.      Bagaimana tingkat keterbacaan masyarakat di wilayah Jalan Pemuda 2 RT.007 RW.02 kelurahan RawamangunKecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai:
1.      Pengertian dan latar belakang keterbacaan.
2.      Keterbatasan-keterbatasan formula keterbacaan.
3.      Formula-formula Keterbacaan.
4.      Formula keterbacaan Fry (Grafik Fry).
5.      Formula keterbacaan Raygor  (Grafik Raygor).
6.      Bacaan apa yang biasa dibaca oleh masyarakat di wilayah Jalan Pemuda 2 RT.007 RW.02 kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur.
7.      Mengukur tingkat keterbacan masyarakat di wilayah Jalan Pemuda 2 RT.007 RW.02 kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur.

1.3  Fungsi dan Kegunaan
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun makalah ini diharapkan berguna bagi:
1.       Penulis sebagai penambah wawasan ilmu penegetahuan tentang keterbacaan masyarakat.
2.       Pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai media informasi untuk menambah pengetahuan pemba




BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan Latar Belakang Keterbacaan
Keterbacaan merupakan alih bahasa dari “Readability”, bentuk “Readability” merupakan kata turunan yang dibentuk oleh kata dasar “Readable” yang “artinya dapat dibaca” atau “terbaca”.
Keterbacaan (readability) merupakan ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukaran/kemudahan wacananya (Harjasujana, 1996:106).
Keterbacaan merupakan pengukuran tingkat kesulitan sebuah buku atau wacana secara objektif tingkat terbacaan itu biasanya dinyatakan dengan peringkat ke-5 (Mushlisoh, 1995:183) dengan tingkat kemampuannya, diharapkan pembaca tidak mengalami frustasi : minat bacanya akan berkembang terus menerus. Klare (1963) menjelaskan bahwa Lorge (1949) pernah bercerita tentang upaya Talmuditas pada tahun 900 berkenaan keterbacaan wacana. Dia menentukan tingkat kesulitan wacana berdasarkan tingkat kekerapan kata-kata yang digunakan. Kajian tentang keterbacaan itu sudah berlangsung berabad-abad namun kemajuannya baru tampak setelah satistic mulai ramai digunakan, teknik statistic itu memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi factor-faktor keterbacaan yang penting untuk menyusun formula yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan tingkat kesullitan wacana menurut Klare (1963), kajian-kajian terdahulu menunjukkan adanya keterkaitan dengan keterbacaan. Grey dan Leary mengidentifikasi adanya 289 faktor yang mempengaruhi keterbacaan, 20 faktor yang mempengaruhi keterbacaan yang terdahulu, memang bersifat kompleks dan menuntun pemakaiannya untuk memiliki kecermatan menghitung berbagai variable, penelitian yang terakhir  membuktikan bahwa ada 2 faktor yang berpengaruh terhadap keterbacaan, yakni:
1.      Panjang pendeknya kalimat
2.      Tingkat kesulitan kata
pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin panjang kata makna bahan bacaan yang dimaksud makin sulit. Sebaliknya, jika kalimat dan katanya pendek-pendek, maka wacana yang dimaksud tergolong wacana mudah.
Formula-formula keterbacaan yang sering digunakan untuk mengukur keterbacaan wacan tampaknya bekecenderungan pada 2 tolok ukur.

Panjang kalimat dan kesulitan kata merupakan 2 faktor utama yang melandasi alat-alat pengukur keterbacaan yang mereka ciptakan. Formula-formula keterbacaan yang mengacu kepada 2 patokan tersebut, misalnya
 formula keterbacaan yang dibuat Spache, Dale & Chale, Gunning, Fry, Raygor, Flesh, dan lain-lain.

II.2 Keterbatas-keterbatasan Formula Keterbacaan

Formula-formula keterbacaan yang pemakaiannya dewasa ini tengah popular disamping memiliki kelebihan juga mengandung kekurangan. Sebagaimana telah dijelaskan dimuka bahwa formula-formula keterbacaan yang dipakai sekarang ini menjadi landasan bagi formula-formula keterbacaan ini mengundang pertanyaan pada kita. Bagaimana dengan konsep-konsep yanga terkandung dalam wacana yang bersangkutan? Bukankah konsep yang terkandung oleh pembacanya akan berdampak pada ketidakpahaman pembacanya? Sering kita dapati kasus, seseorang tidak memahami wacana yang dibacanya walaupun wacana itu telah memenuhi criteria keterbacaan untuk peringkat pembaca yang bersangkutan. Mengapa itu bisa terjadi?
Pertimbangan panjang pendek kata dan tingkat kesulitan kata dalam pemakaian formula-formula-keterbacaan, semata-mata hanya didasarka pada pertimbangan struktur permukaan teks.struktur yang secara visual sedangkan konsep yang terkandung dalam bacaan sebagai struktur dalam. Dari bacaan tersebut tampaknya tidak terperhatikan. Dengan kata lain, rumusan formula-formula keterbacaan yang sering digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan itu tidak memperhatikan unsur semantic.
Hal ini yang membatasi formula keterbatasan ialah “slang”, satir, makna ganda, atau minat pembaca formula keterbacaan itu tidak dapat digunakan untuk posisi yang mempunyai struktur kalimat yang berbeda.
II.3 Formula-formula Keterbacaan
Untuk mengukur bahan bacaan di kelas terendah, formula yang lazim dipakai ialah formula keterbacaan dari Space. Dua factor utama yang menjadi dasar dari enggunaan formula tersebut ialah panjang rata-rata kalimat dan presentase kata-kata. Formula-formula tersebut telah dibuktikan keabsahan dan keterpercayaannya untuk memperkirakan tingkat keterbacaan wacana, tetapi formula Space itu kompleks dan penggunaannya memakan waktu yang lama.
Rumus Dale dan Choul sering digunakan di kelas 4 sampai kelas 6, kelas mula-mula diperkenalkan tahun 1947, rumus Spache, rumus Dale-Chall menggunakan panjang kalimat dan rata-rata sulit sebagai factor penentu tingkat kesulitan bacaan tetapi rumus inipun cukup kompleks dan memakan waktu. Dijelaskan oleh Fry bahwa formula keterbacaan yang dikembangkannya itu grafik Fry.
Formula Spacher berkolerasi 0,90, sedangkan formula Dale-Chall berkolerasi 0,94 korelasi yang tinggi menunjukkan adanya rumus-rumus dan keterpercayaan penggunaan alata ukur yang digunakannya.

II.4 Formula  Keterbacaan Fry: Grafik Fry
Grafik Fry dibuat oleh Edward Fry. Grafik keterbacaan yang diperkenalkan Fry merupakan formula yang dianggap relative dan baru akan dipublikasikan pada tahun 1977 dalam majalah journal of reading. Grafik Fry mendasar pada dua factor tema yakni panjang-panjanya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah banyak sedikitnya suku kata yang metmbentuk setiap saat dalam wacana.
Petunjuk Penggunaan Grafik Fry (1977)
Langkah (1)
Pilihlah penggalan yang representative dari wacana yang hendak diukur tingkat keterbacaannya dengan mengambil 100 buah perkataan dari padanya yang dimaksud kata dalam adalah kelompok lambing yang di kiri dan kanannya berpembatas.
Langkah (2)
Hitunglah jumlah dari 100 buah  hingga perpuluhan yang terdekat maksudnya jika kata yang termasuk kedalam hitungan 100 buah perkataan tidak jatuh diujung kalimat maka perhitungan kalimat tidak akan utuh melainkan ada sisa.
Langkah  (3)
Hitunglah jumlah suku kata dari wacana sampel yang 100 buah perkataan tadi yang  memasukkan angka dan singkatan sebagai kata maka untuk angka singkatan setiap lambing diperhitungkan sebagai satu suku kata.
Langkah (4)
Data yang kita peroleh yakni kata-kata suku di plotkan kedalam grafik untuk mencari titik temunya.
Langkah (5)
Tingkat keterbacaan sifat perkiraan oleh karena itu tingkat keterbacaan wacana hendaknya ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat.
II. Formula Keterbacaan Raygor: Grafik Raygor
Grafik Raygor seperti tampak terbalik jika dibandingkan dengan  grafik Fry. Namun, kedua formula keterbacaanter tersebut sesungguhnya memiliki prinsip yang mirip. Garis-garis penyekat peringkat kelas pada grafik Raygor tampak memancar menghadap ke atas, sedangkan pada grafik Fry menghadap ke bawah. Posisi demikian sesuai dengan urutan penempatan kalimat terpendek pada bagian atas grafik, sedangkan grafik Raygor meletakkannya pada bagian bawah. Sisi tempat jumlah suku kata digunakan untuk menunjukkan kata-kata panjang yang dinyatakan “jumlah kata sulit”, yakni kata yang dibentuk oleh enam buah huruf atau lebih (Hardjasujana dan Mulyati, 1996:126-127).
 Langkah-langkah menggunakan grafik Raygor adalah sebagai berikut:
1.      Menghitung seratus buah kata dari sebuah wacana yang akan diukur tingkat keterbacaannya. Dalam hal ini angka tidak diperhitungkan.
2.      Memnghitung jumlah kalimat pada per sepuluh terdekat.
3.      Menghitung  jumlah kata-kata sulit, yakni kata-kata yang terdiri atas enam huruf atau lebih.
4.      Hasil dari langkah 2 dan 3 diplotkan ke dalam grafik Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan.
Boldwin dan Koupman dalam Hardjasujana dan Mulyani (1996:129) mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang cukup tinggi antara tingkat keterbacaan grafik Fry dan grafik Raygor. Kelebihan yang dimiliki oleh grafik Raygor adalah efisiensi waktu. Pengukuran keterbacaan wacana dengan grafik Raygor ternyata jauh lebih cepat dari pada menggunakan grafik Fry.
Pada grafik Raygor cara yang digunakan untuk menurunkan tingkat kesulitan wacana adalah dengan cara memperpendek kalimat-kalimatnya dan mengganti kata-kata sulit dengan kata-kata yang lebih mudah. Berikut adalah petunjuk untuk menurunkan  tingkat keterbacaan sebuah wacana:
1.      Cari kata-kata yang sukar yang  terdapat dalam sebuah wacana.
2.      Ganti kata-kata yang sukar dengan kata-kata yang lebih mudah.
3.      Bacalah wacana tersebut untuk mengetahui kemungkinan memendekkan kalimatnya menjadi dua atau tiga kalimat.
4.      Tulis kembali waacana tersebut dengan menggunakan kata-kata yang lebih mudah dan kalimat-kalimatnya yang lebih pendek.
5.      Ukurlah tingkat keterbacaan wacana yang baru itu untuk mengetahui penurunannya.



II.5 Hasil Penelitian

Berikut adalah hasil penelitian tingkat keterbacaan warga di Jalan Pemuda 2 RT.007 RW.02 kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur dengan total 10 Responden.
1.      Nama                                : Ibu Siti Ayu
Usia                                   : 57 tahun
Pekerjaan                          : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir          : SLTA

Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Majalah Kesehatan Keluarga dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Majalah Kesehatan Keluarga.

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:

Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 7,2 kallimat
Jumlah suku kata  : 154,2 suku kata
Cocok untuk          : kelas 8,9,10

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     : 7,2 kalimat
Jumlah suku kata  : 28,5 suku kata
Cocok untuk          : kelas 6,7,8





Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Siti Ayu didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SLTA.


2.      Nama                                : Ibu Risnawati
Usia                                   : 57 tahun
Pekerjaan                          : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir          : SMP

Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Majalah Hidayah dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Majalah Hidayah.
Dari kutipan tersebut didapat hasil:

Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 6,9 kallimat
Jumlah suku kata  : 151,2 suku kata
Cocok untuk          : kelas 7,8,9

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     : 6,9 kalimat
Jumlah suku kata  : 24 suku kata
Cocok untuk          : kelas 5,6,7
      Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Risnawati didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SMP.

3.      Nama                                :  Ibu Siti
Usia                                   : 55 tahun
Pekerjaan                          : Dukun Bayi
Pendidikan Terakhir          : SD
                        
Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Koran Warta Kota dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 5,6 kallimat
Jumlah suku kata  : 135 suku kata
Cocok untuk          : kelas 5,6,7

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     : 5,6  kalimat
Jumlah suku kata  : 25,2 suku kata
Cocok untuk          : kelas 6,7,8

Berdasarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor dan juga melakukan rekayasa teks, teks yang dibaca Ibu Siti didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SD.

4.      Nama                                : Ibu Ati
Usia                                   : 55 tahun
Pekerjaan                          : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir          : SD

Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Koran Kreasi dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Koran Kreasi.
 
  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     :  7,1 kallimat
Jumlah suku kata  :  139,8 suku kata
Cocok untuk          : kelas 5,6,7

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     :  7,1 kalimat
Jumlah suku kata  :  28,8 suku kata
Cocok untuk          : kelas 5,6,7

Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Ati didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SD.


 
5.      Nama                                : Ibu Wahyuni
Usia                                   : 69 tahun
Pekerjaan                          : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir          : Sarjana Muda

Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Majalah Femina dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Majalah Femina.

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 4,9 kallimat
Jumlah suku kata  : 163,2 suku kata
Cocok untuk          : kelas 11,12,13

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     : 4,9 kalimat
Jumlah suku kata  : 43,8 suku kata
Cocok untuk          : kelas 13,14,15

Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Wahyuni didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir Sarjana Muda.



6.      Nama                                :  Ibu Rosa
Usia                                   : 44 tahun
Pekerjaan                          :Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir          : SLTA

Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Koran Nova dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Koran Nova.

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 4,6 kallimat
Jumlah suku kata  : 145,2 suku kata
Cocok untuk          : kelas 9,10,11

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     : 4,6 kalimat
Jumlah suku kata  : 33,6 suku kata
Cocok untuk          : kelas 10,11,12

Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Rosa didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SLTA.

7.      Nama                                : Ibu Berliana
Usia                                   : 38 tahun
Pekerjaan                          : wirausaha
Pendidikan Terakhir          : SMA

Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Koran Solopos dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Koran Solopos.

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     :5,1 kalimat
Jumlah suku kata  :  152,4 suku kata
Cocok untuk          : kelas 9,10,11

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     :  5,1kalimat
Jumlah suku kata  :  32,4suku kata
Cocok untuk          : kelas 10,11,12

Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Berliana didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SMA.


8.      Nama                                : Ibu Murtinah
Usia                                   : 59 tahun
Pekerjaan                          :Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir          : SMEA
        
Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Koran Republika dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Koran Republika.

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 6,3 kallimat
Jumlah suku kata  : 166,2 suku kata
Cocok untuk          : kelas 10,11,12

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     : 6,3 kalimat
Jumlah suku kata  : 34,2 suku kata
Cocok untuk          : kelas 10,11,12

Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Murtinah didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SMEA.



9.      Nama                                : Ibu Nurlela
Usia                                   : 25 tahun
Pekerjaan                          :Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir          : SMP

Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Majalah Wanita dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Majalah Wanita.

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 6,2  kallimat
Jumlah suku kata  : 123 suku kata
Cocok untuk          : kelas 5,6,7

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     : 6,2 kalimat
Jumlah suku kata  : 40 suku kata
Cocok untuk          : kelas 6,7,8

Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Nurlela  didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan SMP.


10.  Nama                                : Ibu Dwisari
Usia                                   : 32 tahun
Pekerjaan                          : karyawati
Pendidikan Terakhir          : SMA
      
Ia memberikan jawaban bahwa ia menyukai bahan bacaaan Koran Kompas dengan rubrik yang membahas kabar berita terbaru. Berikut ini adalah kutipan dari berita yang terdapat di Koran Kompas.

  Dari kutipan tersebut didapat hasil:
Grafik Fry
Jumlah kalimat     : 6,4 kalimat
Jumlah suku kata  :  148,8 suku kata
Cocok untuk          : kelas 9,10,11

Grafik Raygor
Jumlah kalimat     :  6,4 kalimat
Jumlah suku kata  :  30 suku kata
Cocok untuk          : kelas 8,9,10

Berdarkan kutipan teks yang ada dan telah diukur dengan grafik Fry maupun grafik Raygor, teks yang dibaca Ibu Dwisari didapatkan hasil bahwa teks tersebut cocok untuknya karena ia menempuh jenjang pendidikan terakhir SMA.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Indonesia Angkatan 70'an

Duta Universitas Negeri Jakarta