Postingan

SEKOTAK BEKAL UNTUK NAIRA: SEMUA MIMPI LAYAK DIRAYAKAN

Gambar
Pagi datang merayap seperti selimut tipis yang menutupi desa sebelum matahari menembus celah daun. Kabut menempel di tanah basah, menyusup di antara akar pohon, menempel pada jalan berdebu, dan menyejukkan kulit dengan napasnya yang lembap namun hangat. Aroma kayu bakar bercampur tanah basah menyelimuti udara, seolah menyanyikan lagu pagi yang hanya bisa didengar oleh mereka yang sudi memperhatikan. Naira menapak jalan berliku, sepatu lusuhnya meninggalkan jejak samar di tanah basah. Kotak bekal di tangannya terasa berat bukan karena isinya, tetapi karena doa yang tersimpan, karena cinta yang menuntun sebelum membuka mata. Di depan pintu rumah, ibu berdiri, mata mereka bertemu. Tidak ada kata yang perlu diucapkan. Tatapan itu bercerita tentang malam-malam panjang menyiapkan makanan, tangan yang lelah namun terus menanam cinta, kesabaran yang ditanam agar anaknya kuat menghadapi dunia. Kotak bekal itu bukan sekadar makanan. Ia adalah doa yang tersimpan, janji diam, bukti bahwa meski dun...

Antamatika

  Antamatika Oleh Riska Yuvista Ah, soal-soal lagi, rumus dan semua angka-angka itu.   Waktuku terkuras dengan hal yang membuatku mencoret-coret secarik kertas. Lalu kutuliskan hal-hal yang penuh dengan logika. Dengan setengah berantakan juga sedikit membuatku menggaruk-garuk kepala.  Sekejap  tangan  menjadi kaku  kerap   kali aku  menggenggam pensil, bolpoin, penghapus karet dan semua yang berhubungan dengan angka-angka. Tiada fikiran ataupun imajinasi untuk menggerakan tangan apalagi menuliskan dua tiga soal yang ada.   Me m ikirkannya  saja aku  enggan   . Logika..! logika..! logika.! Berfikir..! (lagi) Rumus... dan angka-angka aku muak dengan semua. A ngin masih tetap berhembus dengan selayaknya. Lima, enam ranting yang tertanam di sepanjang meteran tanah yang merimbuni lingkup. Lengkap dengan jajaran bangunan. Suara tiga kali ! Pedagang mulai menyuguhkan makanan dengan rapi .   S iswa memenuhi tempat  yang ...